Langsung ke konten utama

Melihat Melalui Celah Pepohonan

Saya mendapatkan isteri saya sedang mengutip dari buku yang berjudul "Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal demi Pasal", halaman 216. Buku itu ditulis oleh B.Soesilo, diterbitkan oleh Politea Bogor, tahun 1981. Ia sementara sibuk menulis laporan penelitian tentang "Delik Pencurian di Kecamatan Tallo', Ujung Pandang". Seperti lazimnya hasil penelitian itu tidaklah mempunyai dampak langsung terhadap pembangunan, melainkan secara tidak langsung hasil penelitian itu ada juga gunanya untuk pembangunan. Yaitu untuk meningkatkan kualitas SDM bagi dosen-dosen untuk kenaikan golongan/jabatan akademis.

Kutipan itu tujuannya untuk memberikan pengertian tentang "Delik Pencurian", yang sebagaimana lazimnya dalam suatu laporan penelitian ataupun makalah didahului dengan tinjauan pustaka untuk menjelaskan pengertian yang sebenarnya sudah jelas. Saya katakan kepadanya buat apa mengutip pendapat yang salah. Tidaklah benar kalau diakatakan bahwa listrik dan gas adalah barang yang tidak berwujud.

Maka terjadilah perdebatan. "Itu pendapat seorang pakar hukum", kata isteri saya. Saya katakan: "Setiap orang dapat saja mempergunakan istilah sendiri, untuk kalangan sendiri, atau sekurang-kurangnya dalam rumah sendiri, di antara keluarganya. Akan tetapi kalau istilah itu sudah dikomunikasikan dalam bentuk publikasi, soalnya sudah lain." "Lalu saya mesti apa?" kata isteri saya menuntut pemecahan. "Ya, pakailah pendapat sendiri, kaukan juga pakar! Cobalah melihat di antara celah-celah pohon, ke disiplin ilmu fisika. Kaukan dahulu dari SMA jurusan B (pasti/alam). Juga lihatlah ke disiplin ilmu ekonomi. Di situ ada barang tak berwujud yaitu jasa. Lihatlah guru-guru, mereka penjual jasa." "Sudah, sudah, saya akan coba memakai pendapat sendiri", katanya merengut, kebiasaan perempuan.

Saya biarkan isteri saya sendiri di kamar kerjanya, bergelut dengan laporannya itu. Tidak lama kemudian ia memanggil saya. "Coba baca ini." Ia tetap mengutip juga, tetapi di bawah kutipan itu ia membantah pendapat R.Soesilo. Nah, inilah tulisannya. "Tidak benar kalau gas dan listrik itu barang yang tidak berwujud. Gas dan listrik itu dapat ditangkap pancaindra. Gas yang berbau ditangkap indra pencium, yaitu hidung. Gas yang tidak berbau dapat ditangkap oleh indra peraba, yaitu kulit. Angin yang dihembuskan oleh kipas dirasakan oleh kulit. Angin adalah udara yang bergerak, dan udara adalah gas. Kalau kawat beraliran listrik tersentuh walaupun sejenak, kulit akan merasakan sengatannya. Lagipula listrik dan gas dapat diukur dengan meteran. Matapun dapat ikut mengindra melihat jarum dalam meteran. Jadi gas dan listrik adalah barang yang berwujud. Barang yang tidak berwujud adalah jasa. Penumpang gelap adalah pencuri jasa, karena mengambil sebagian barang atau komoditi berupa jasa angkutan dari pemiliknya yaitu Pelni atau GIA. Guru-guru yang ditahan gajinya adalah penggelapan yang dilakukan oleh bendaharawan yang membayar gaji, karena menggelapkan barang orang lain yaitu jasa guru-guru." Bagus saya katakan, "Kau telah melihat melalui celah-celah pohon ke arah daerah disiplin Biologi, Fisika, Ekonomi, Transportasi
dan Administrasi keuangan."

***

"Seperti katak di bawah tempurung", pepatah ini dahulu populer memasyarakat. Sekarang pepatah itu tidak memasyarakat lagi, namun belum dilupakan. Katak yang di bawah tempurung itu wawasannya sempit. Tempurung itu dikiranya langit. Dalam cerita silat Cina ada sebuah nasihat, agar seorang hiap (pendekar) tidak sepicik katak itu. Tidak boleh picik, tidak boleh berwawasan sempit, lalu mengira dirinyalah yang paling hebat di kolong langit. "Di luar thian (langit) ada thian," demikian nasihat dalam kalangan kang-ow (dunia persilatan), yang bergaya pepatah itu.

Judul di atas itu berasal dari pepatah Belanda: "Kijken tussen de bomen". Pepatah itu sangat kena juga jika ditujukan kepada katak yang dalam tempurung itu. Namun dalam konteks ini katak itu bukan hiap, melainkan orang yang tak mau tahu tentang disiplin ilmu , selain disiplin ilmu yang digelutinya. Di negeri Belanda tidak ada pohon kelapa, sehingga tempurung tidak dikenal dalam budaya mereka. Jadi tentu saja tempurung itu tidak mungkin mengambil partisipasi dalam perbendaharaan sastra mereka, yang dalam hal ini khususnya adalah pepatah. Maka orang sempit wawasan itu tidak diimajinasikan berupa katak di dalam tempurung, melainkan diimajinasikan berupa orang yang ada dalam kebunnya yang dipagar dengan pepohonan di sekelilingnya.

Penggambaran orang yang dikelilingi pohon ini sangat bagus untuk dikembangkan dalam berda'wah. Janganlah engkau terpaku dengan pandanganmu yang sempit itu. Lihatlah melalui celah-celah pohon, di situ terdapat wawasan yang lebihluas. Di luar dari disiplin ilmu yang engkau geluti, ada pula sejumlah disiplin ilmu yang lain. Celah-celah pohon itu adalah penghubung antara duniamu dengan dunia ilmu di luar wawasanmu. Bahwa ada "lintas sektor" di antara ilmu-ilmu itu. Bahwa ilmu itu tidak terkotak-kotak, melainkan merupakan satu kesatuan.

Allah mengajarkan kepada kita melalui risalah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa ilmu itu bersumber dari Satu Maha Sumber, Allah SWT. Wala- yuhiythuwna bi syay.in min 'ilmihi- illa- bima- sya-a, dan tidaklah mereka itu mengetahui sesuatu apapun dari IlmuNya, melainkan dengan kehendakNya (S. alBaqarah, 2:255). Allah SWT Maha Esa dalam Sifat, Maha Esa dalam Oknum, Maha Esa dalam PerbuatanNya, maka ilmu yang diberikanNya kepada manusia juga merupakan satu kesatuan.
Kalaupun ada pembagian beberapa disiplin ilmu dalam kebudayaan, maka pembahagian itu tidaklah berarti pengkotakan ilmu yang dibatasi oleh dinding-dinding yang ketat dan kedap. Bukan pemisahan ilmu yang berkotak, melainkan pembedaan disiplin ilmu yang tetap dalam satu kesatuan, yang merupakan satu sistem. Yaitu bagian-bagian itu ada kaitannya antara satu dengan yang lain, ada lintas sektor, ibarat celah-celah pohon. Ya, kijken tussen de bomen, kata orang Belanda. WaLlahu a'lamu bishshawab.

*** Makassar, 2 Januari 1994 [H.Muh.Nur Abdurrahman]



KUMPULAN TULISAN H.M. NUR ABDURRAHMAN
(Dari Kolom Tetap Harian FAJAR bertajuk "Wahyu dan Akal - Iman dan Ilmu")

Kunjungi juga:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

8 Jenis Bahan Kain Untuk Membuat harga jaket parka eiger

Jakcet yaitu pakaian luar yang panjang lazimnya tenggat pinggang atau pinggul, gunanya menjelang menahan angin dan menghangatkan badan demi cuaca dingin. Model Jacket sepanjang maskulin dan wanita rata-rata bertikai, pertama dari alternatif warna, serpih dan strukturnya.Jakcet merupakan pakaian fesyen luar yang panjang kebanyakan limit pinggang atau pinggul, gunanya menurut menahan angin dan menghangatkan rangka era keadaan dingin. Model Jakcet demi maskulin dan wanita biasanya berparak, terpenting dari preferensi warna, tipe dan susunannya. Hampir sekalian Jacket membonceng bukaan dan resleting atau kancing pada dapur ambang yang terpasang dari leher sampai ujung bawahnya. walakin, ada separuh Jakcet agak yang tidak ada bukaan pada keratan permulaannya. Selain modelnya, bentuk bukti kain yang dipakai akan pembuatan Jacket lumayan beraneka cara. Mulai dari serpihan kayu Jakcet yang tipis dan tebal, ada saja yang anti air dan angin, hingga incaran Jacket dari kulit alami. Tapi tidak bel...

8 Jenis Bahan Kain Untuk Membuat jaket respiro

Jacket yaitu seragam luar yang panjang kebanyakan tumpu pinggang atau pinggul, fungsinya kepada menahan angin dan menghangatkan batang tubuh demi keadaan dingin. Model Jacket menurut lanang dan wanita biasanya berselisih, terutama dari alternatif warna, model dan rautnya.Jacket ialah seragam luar yang panjang kebanyakan had pinggang atau pinggul, khasiatnya perlu menahan angin dan menghangatkan jasmani tatkala keadaan dingin. Model Jakcet buat lelaki dan perempuan biasanya terpaut, lebih-lebih dari opsi warna, rupa dan wujudnya. Hampir seluruhnya Jacket menggunakan bukaan lewat resleting atau kancing pada bidang pendahuluan yang tertempel dari leher tumpu ujung bawahnya. walakin, ada separuh Jaket agak yang tidak ada bukaan pada bagian permulaannya. Selain modelnya, kelompok objek kain yang dipakai menurut pembuatan Jacket saja beraneka ulah. Mulai dari congkong Jacket yang tipis dan tebal, ada pula yang anti air dan angin, engat tarahan kayu Jacket dari kulit alami. Tapi tidak sekotah...

8 Jenis Bahan Kain Untuk Membuat jaket distro chelsea

Jaket ialah pakaian luar yang panjang rata-rata hingga pinggang atau pinggul, fungsinya menjumpai menahan angin dan menghangatkan tubuh tatkala hawa dingin. Model Jakcet akan lanang dan perempuan lazimnya bersalah, pertama dari saringan warna, tipe dan motifnya.Jacket yakni seragam luar yang panjang rata-rata senggat pinggang atau pinggul, untungnya menurut menahan angin dan menghangatkan fisik saat cuaca dingin. Model Jaket mendapatkan lanang dan perempuan umumnya divergen, teristimewa dari preferensi warna, potongan dan formasinya. Hampir segala Jaket menggunakan bukaan memakai resleting atau kancing pada sebelah permulaan yang terpasang dari leher sangkat ujung bawahnya. Namun, ada separo Jacket lagi yang tidak ada bukaan pada tokoh dadanya. Selain modelnya, famili tatal kain yang dipakai bagi pembuatan Jaket serta beraneka bersepakat. Mulai dari bakal Jaket yang tipis dan tebal, ada jua yang anti air dan angin, limit fakta Jacket dari kulit alami. Tapi tidak belaka kelompok bahan J...