Bertakwalah kalian wahai sekalian
kaum muslimin, dan jujurlah di dalam berjihad melawan musuh-musuh Alloh dan
musuh kalian dari bangsa Yahudi dan sekutu-sekutu mereka. Introspeksilah diri
kalian dan bertaubatlah kepada Rabb kalian atas segala hal yang menyelisihi dien
Islam dari mabda’ (prinsip), aqidah dan perbuatan. Berbuat jujurlah
ketika di medan pertempuran, dan dahulukanlah Alloh dan negeri akhirat. Dan
ketahuilah bahwa pertolongan yang nyata dan akibat yang terpuji bukanlah hanya
untuk bangsa Arab saja tanpa orang ‘ajam (non Arab), ataupun untuk bangsa
‘ajam saja bukan untuk orang Arab. Juga bukan pula untuk bangsa berkulit
putih saja tanpa bangsa kulit hitam dan sebaliknya.
Akan tetapi, pertolongan itu
dengan izin Alloh adalah milik orang-orang yang bertakwa kepada-Nya dan
mengikuti petunjuk-Nya, milik orang yang berjihad melawan nafsunya di jalan
Alloh dan orang yang melawan musuh-Nya dengan kekuatan yang disanggupinya.
Sebagaimana Pelindung (Maula) mereka memerintahkan hal ini di dalam
firman-Nya Azza wa Jalla :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka
yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu
nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu
tidak akan dianiaya (dirugikan). ” (QS al-Anfaal : 60)
dan firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, bersiap
siagalah kamu
dan majulah (ke medan pertempuran)
berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! ” (QS an-Nisaa` :
71)
serta Dia Azza wa Jalla
menyeru Rasul yang terpercaya ‘alaihi Afdholu as-Sholati was Salam :
“Dan apabila kamu berada di
tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama
mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan
menyandang senjata, Kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah
menyempurnakan serakaat),, Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk
menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum
bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka
bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah
terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan
sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu
mendapat sesuatu kesusahan Karena hujan atau Karena kamu memang sakit; dan siap
siagalah kamu. Sesungguhnya Allah Telah menyediakan azab yang menghinakan bagi
orang-orang kafir itu” (QS an-Nisaa` : 102)
Renungkanlah wahai saudaraku,
perintah Alloh kepada hamba-Nya ini untuk bersiap-siap melawan musuh mereka
dengan apa saja yang mereka sanggupi dari kekuatan, kemudian renungkan pula
perintah-Nya kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan kaum
mukminin tatkala peperangan melawan musuh berkecamuk dan dekat dengan mereka,
supaya mereka tetap menegakkan sholat dan menyandang senjata. Dan bagaimana
Alloh Subhanahu mengulang perintahnya untuk memanggul senjata dan tetap
waspada
supaya musuh mereka tidak menyerang mereka tatkala mereka sedang sholat, agar
engkau tahu dengan demikian ini bahwa wajib bagi mujahidin -baik pimpinan maupun
prajurit- untuk tetap menaruh perhatian terhadap musuh dan supaya waspada dari
kejahatan mereka. Juga supaya mereka bersiap-siap dengan kekuatan apa saja yang
mereka sanggupi, dan tetap menegakkan sholat dan menjaganya dengan tetap bersiap
siaga di saat sedang melaksanakannya (sholat) tatkala perang berkecamuk dan
ketika diperlukan.
Di dalam hal ini, tercakup antara
sebab hissiyah (inderawi/materi) dan ma’nawiyah (spirituil), dan
ini merupakan kewajiban bagi mujahidin di setiap zaman untuk bersifat dengan
akhlak imaniyah, dan beristiqomah di dalam ketaatan kepada Rabb
mereka serta meyakini bahwasanya pertolongan berada di tangan-Nya bukan pada
selainnya. Dan ini merupakan sebab yang pertama, asas yang kokoh, pokok yang
agung, poros berputarnya pertolongan dan asasnya keberhasilan dan kemenangan.
Dan ini merupakan sebab ma’nawi yang Alloh mengkhususkan bagi
hamba-hamba-Nya yang mukminin yang Alloh bedakan dari lainnya serta Alloh
janjikan dengan pertolongan apabila mereka menegakkannya bersama dengan sebab
kedua (sebab materi, pent.) sebatas kemampuannya, yaitu persiapan
(i’dad) mereka di dalam melawan musuh mereka dengan apa yang mereka
sanggupi dari kekuatan dan inayah yang berkaitan dengan peperangan. Dan juga
bersabar dan tetap di dalam kesabaran di medan peperangan dengan senantiasa
waspada akan tipu daya musuh.
Dengan dua perkara ini (sebab
ma’nawi dan hissi/materi, pent.) maka akan terwujudlah
pertolongan dari Rabb mereka Azza wa Jalla sebagai keutamaan, kemuliaan,
rahmat dan kebaikan dari-Nya serta pemenuhan janji-Nya dan pertolongan terhadap
kelompok-Nya.
Sebagaimana firman-Nya Azza wa
Jalla : “dan
kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman” dan firman-Nya
Ta’ala : “jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun
tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala
apa yang mereka kerjakan”.
Menang Atau
Syahid
Wahai mujahid! Engkau sesungguhnya
sedang berada di peperangan yang dahsyat bersama musuh yang memiliki kedengkian
yang luar biasa terhadap Islam dan pemeluknya. Maka mantapkanlah dirimu di dalam
berjihad dan bersabarlah serta tetaplah di dalam kesabaran. Ikhlaskanlah amalmu
hanya untuk Alloh dan mintalah pertolongan hanya kepada-Nya semata. Dan
bergembiralah dengan salah satu dari dua kebaikan apabila engkau benar dengan
hal yang demikian ini, yaitu kemenangan, ghanimah dan akibat yang terpuji
di dunia dan akhirat, atau syahid, tempat yang penuh kenikmatan, istana
yang megah, sungai-sungai yang mengalir dan bidadari yang cantik jelita di
negeri yang mulia.
Wahai bangsa Arab, janganlah kau
menyangka bahwa pertolongan atas musuhmu terkait karena kearabanmu, namun sesungguhnya
pertolongan itu terkait karena keimananmu kepada Alloh, kesabaranmu di medan
pertempuran, keistiqomahanmu di dalam kebenaran, taubatmu dari dosa-dosamu yang
terdahulu dan keikhlasanmu kepada Alloh pada seluruh amal-amalmu. Maka
berisitiqomahlah kamu pada hal ini (keikhlasan) dan berpegangteguhlah dengan
Islam yang shahih yang hakikatnya adalah pengikhlasan hanya untuk Alloh,
istiqomah di atas syariat-syariat-Nya dan meniti petunjuk Rasul dan Nabi-Nya
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam di dalam peperangan, perdamaian
ataupun pada seluruh keadaan...[6]
[6]. Disarikan dari
artikel yang berjudul Mauqifu al-Yahud minal Islam wa Fadhlu al-Jihaad fi
Sabilillahi, karya al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu, dalam
Majalah al-Asholah, no. 30, th. V, hal. 45-58.
Tasawuf, Pluralisme, & Pemurtadan.
- H Hartono Ahmad Jaiz -
Kunjungi juga:
Komentar
Posting Komentar